KAJIAN OREAANTALIS TERHADAP AL QURAN DAN HADIS


Salam sejahtera.... penulis ingin berkongsi sedikit sebanyak pengalaman sewaktu menuntut di UIN Jakarta yang mana sebelum ini penulis cuma secara teorinya memahami fahaman serta gerakan orientalis tetapi sekarang penulis sedang mengalami teori yang selama ini penulis pelajari....salah satu mata pelajaran yang terdapat disini adalah:...

SEJARAH PERKEMBANGAN ORIENTALISME DARI AWAL SAMPAI SEKARANG.
(Makalah Ini Disusun Untuk Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Kajian Orientalis Terhadap al-Qur'an dan Hadits)
Dosen: Dr. Masykur
Disusun Oleh: Mohd H***** bin H****. Nim ************
Kegiatan orientalisme adalah hasil dari pengalaman Barat setelah berabad-abad lamanya mereka mengahadapi Timur, khususya dunia Islam. Sebagaian sejarawan menulis bahwa orang-orang Barat mulai berkecimpung dalam studi tentang dunia Timur adalah pada permulaan abad ke 7 H. 628 M dimana terjadi perang yang berkecamuk antara kaum Muslimin dan Kristen Romawi yang dikenal dengan perang Mu`tah. Bahkan lebih ekstrim lagi kalau perseteruan yang dimaksudkan antara Barat (Kristen) dan Timur (Islam)--menurut Thomas Right penulis Buku Early Christianity in Arabia—bermula semenjak tentara Kristen pimpinan Raja Abrahah menyerang Ka`bah dua bulan sebelum Nabi Muhammad lahir. Di situ tentara Abrahah tewas.
Hamid Fahmi Zarkasyi mengomentari analisa Thomas Right ini sebagai berikut, "Jika Right benar, berarti orang Kristen sendiri telah lama menentang millah Ibrahim bapak agama tauhid itu. Jadi motif orientalisme adalah keagamaan dan berkaitan dengan Kristen dan misionarisme. Sebagian sejarawan lagi mengatakan bahwa orang-orang Barat mulai berkecimpung dalam studi tentang dunia Timur adalah pada permulaan abad ke-10 M, yaitu ketika beberapa orang pendeta Barat khususnya di Andalusia (spanyol) ingin memperlihatkan kebolehan dan kemampuanya setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah-sekolah studi ketimuran. Mereka menerjemahkan Al-Quran dan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa mereka. Selain itu mereka juga menuntut ilmu dari intelektualis muslim dalam berabagai disiplin keilmuaan, khususny filsafat, kedokteran,dan ilmu-ilmu matematika. Diantara sekain banyak pendeta yang berkecimpung dalam bidang ini adalah seorang pendeta Prancis yang benama Gerbert. Dia terpilih sebagai Paus gereja Roma pada tahun 999 M, yaitu setelah ia menyelesaikan studinya diberbagai sekolah di Andalusia dan kembali ketanah airnya. Kemudian langkah ini diikuti oleh Butros (1092/1165 M), serta Geerand de Cremon (1114-1107M)
Menurut Gustave Lebon (sejarawan prancis), ahli-ahli Barat seperti Roger bacon, Leonardo da Vinci, Al Bertus Magnus dll, dibesarkan dalam era keemasan perpustakaan pengetahuan Islam dan Arab. Paus Gerbert (bergelar Sylverstre – II) mengajar ilmu-ilmu alam pada tahun 1552–1562 yang kesemuanya dipelajarinya dari Universitas Islam di Adalusia. Kemudian Gherardo dan Cremona, adalah dua orang ahli astronomi Barat asal Italia yang menerjemahkan buku ilmu Astronomi dari kitab As-Syarh karangan Jabir Ibnu Hayyan. Raja Friederich-II dari Prancis meminta putra–putra Ibnu Rusyd (Averoes dalam ejaan Barat) untuk tinggal di istananya, guna mengajari Ilmu Botani dan Zoologi. Kemudia Apotik dan Ilmu kedoteran, kimia dan Botani. sebelum Abad ke 15 Islam sudah sangat maju dibanding Barat, Ilmuwan Islam telah menemukan 2000 jenis tanaman Thiflorida untuk obat-obatan. Dan barangkali puncak motivasi kajian orientalime ini menjadi lebih serius menurut beberapa sejarawan setelah kekalahan Kristen pada perang salib kedelapan. Dengan kekalahan itu, mereka beralih ke perang dingin yang didasari oleh "nasehat tulus" yang di utarakan oleh Saint Louis kepada Umat Kristen yang tidak berdaya setelah mereka menderita kekalahan besar pada perang salib kedelapan. Bahkan ia sendiri menjadi tawanan perang di kota Manshuroh (Mesir), namun ia menebus dirinya dengan denda yang sangat besar agar dapat terbebas sebagai Tawanan.
Setelah kembali ke Prancis, ia yakin bahwa tidak mungkin memperoleh kemenangan dan mengalahkan umat Islam dengan kekuatan perang. Menurutnya, hal ini karena keteguhan umat Islam dalam menjalankan ajaran Agamanya, semagat Jihad dan keikhlasan yang tinggi, serta semangat mengorbankan jiwa di jalan Allah demi mempertahankan Negara Islam dan menjaga kehormatan dan harga diri.
Umat Islam dengan akidahnya yang kokoh selalu siap sedia untuk berjihad dan berperang. Oleh karena itu Louis berpikir bahwa ia harus mencari jalan lain untuk mengalahkan ummat Islam. Caranya yaitu menggantikan pemikiran yang Islami dengan cara melancarkan perang pemikiran (Gozwul Fikr). Disamping itu juga ia menyakini bahwa cendikiawan-cendikiawan Eropa dengan disiplin Ilmu pengetahuan mereka tentang kebudayaan Islam akan menjadi senjata Baru yang ampuh untuk memerangi umat Islam.
* Begitulah, akhirnya strategi peperangan berubah menjadi peperangan di bidang akidah dan pemikiran. Tujuannya adalah mengaburkan Akidah umat Islam yang berakar kokoh, berisi jiwa Jihad serta mendorong semangat orang yang beriman untuk rela mati di jalan Allah. Nasehat Louis inilah yang merupakan asas dalam merubah kiat bangsa Eropa dalam mengahadapi Islam dan umatnya; dari genjatan senjata menjadi perang dingin. Serangan-serangan mereka akan dilancarkan dari dalam negara Islam Itu sendiri.



Nasehat tersebut telah terwujud dalam dua Tahap: Pertama, terjun lansungnya prajurit-prajurit Kristenisasi dan orientalisme untuk beraktivitas sebagai penyampai pemikiran yang mapan, melancarkan Kristenisasi dengan mengacaukan situasi komunitas Islam, aktif membuat tulisan dan karangan-karangan. Kemudian hasil karya mereka dipublikasikan di tengah-tengah lembaga pendidikan suatu masyarakat Islam. Inilah fase pertama pelaksanaan nasehat Louis sang panglima perang Salib itu. Kedua, mengerahakan sebagian umat Islam dari golongan pemerintah dan pemikir, serta mencelupkan akidah dan moral mereka dengan aroma Barat. Kemudian memuluskan kenaikan Pangkat yang berpengaruh dalam memutuskan kebijakan-kebijakan Negara yang berhubungan dengan politik, pemikiran, penerangan dan pendidikan. Hal ini ditujukkan agar mereka menjadi agen-agen pelaksana metode Barat yang patuh di negeri Islam yang merupakan tanah airnya dan Negara yang dianutnya. Hal ini dikatakan oleh Cromer ketika ia akan meninggalkan Mesir: "kami akan pergi meninggalkan Mesir dan kami akan memerintahnya dengan mengunakan pemimpin pemimpin asal Mesir Tapi berfikir Barat", yang jelas jika dikaji secara serius orientalisme bisa di bagi empat Fase penting :
Fase pertama, dimulai pada abad abad ke-16 M. Pada fase ini orientalisme dapat dikatakan simbol gerakan anti-Islam yang dimotori oleh Yahudi dan Kristen, seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa akar gerakan ini jika di telususri merupkan reaksi substansi ajaran Islam yang sejak dini sekali telah menetang Kristen dan Yahudi, Al-Quran jelas sekali membeberikan kerancuan akidah dan pemikiran mereka. Selain itu kekalahan bangsa Eropa-Kristen dalam perang salib juga memicu semangat anti-Islam ini. Islam dalam pandangan orang Kristen merupakan simbol teror, perusak dan barbarian. Balfour dan Cromer secara khas mengemukakan beberapa istilah seperti orang Timur Irrasional, bejad Moral, kekanak-kanakan, "berbeda" jadi orang Eropa adalah Rasional, berbudi luhur, dewasa dan Normal.
Fase kedua, orientalisme pada abad ke-17 dan ke-18 M. fase kedua ini adalah fase penting orientalisme, sebab ia merupakan gerakan yang bersamaan dengan modernisasi Barat. Barat berkepentingan menimba ilmu bagaimana Islam bisa menjadi peradaban yang handal selama 7 abad. Pada periode inilah Raja-Raja dan Ratu-Ratu di Eropa sepakat untuk mendukung pengumpulan segala macam informasi tentang ketimuran. Untuk menyebut beberapa nama seperti, Erpernius (1584-1624) menerbitkan pertama kali tata bahasa Arab, yang diikuti muridnya Jacob Goluis (1595-1667) dan oleh Lorriunuer Franz Meurnski dari Australia tahun 1680, selain itu Bedwell W (1561-1632) mengedit tujuh jilid Kamus Bahasa Arab dan menulis tentang sejarah Nabi Muhammad. Meskipun Barat memerlukan Islam, tapi perseteruan tetap membara. Oleh karena itu selain mengumpulkan informasi tentang Timur, mereka juga menyebarkan informasi negatif tentang Timur kepada Masyarakat Barat. Pada periode ini Alexander Ross misalnya, menerbitkan buku-buku yang banyak menghujat Islam tanpa memiliki dasar apa-apa. Ia menulis buku berjudul the prophet of turk and author of the al-Qoran. Dalam buku-bukunya ia sering kali mengunakan kata-kat kasar seperti the great arabian imposter, the litle horn in the danial, arabia swine, goliat, grand, hypocrite, great thief terhadap Al-Quran.
Fase ketiga oreantalisme adalah abad ke-19 dan seperempat pertama abad ke 20. Fase ini adalah fase terpenting bagi orentalisme dan umat Islam sendiri. Sebab pada fase ini Barat telah benar-benar menguasai negara-negara Islam secara politik, militer, kultural dan ekonomi. Pada fase ini banyak orientalis yang menyumbangkan karyanya dalam banyak bidang studi Islam. Tidak sedikit pula dari karya-karya berbahasa arab dan persia diedit, diterjemahkan dan diterbitkan. Mungkin karena orang Barat telah masuk dan menguasai negeri-negeri Islam sehingga dengan mudah mereka mendapatkan bahan-bahan tentang Islam. Oleh sebab itu pada waktu yang hampir berasamaan lembaga-lembaga studi keislaman dan ketimuran didirikan dimana-mana. Tahun 1822 di Paris didrikan Society Asiatic of Paris, Royal Asiatic of Great Bretain dan Ireland didirikan tahun 1823 di inggris. Tahun 1842 di Amerika juga didirikan American Oriental Socaity. Tahun 1916 di Universitas London didirkan School of Oriental Studies sekarang jadi SOAS (School of Orintal and African Studies). Diantara tokoh orientalis yang terkenal pada masa ini adalah Goldziher(1850-1908). Dengan berdirinya pusat-pusat studi keislaman tersebut, framework kajian orientalis mengalami pergeseran yang signifikan dari fase caci maki menjadi serangan sistematis dan ilmiah.
Fase keempat orientalisme ditandai dengan perang dunia ke II. Khusus di Amerika, Islam dan umat Islam menjadi obyek kajian populer. Kajian itu bukan saja dilalakukan untuk kepentingan akademis, tetapi juga untuk kepentingan perancang kebijakan politik dan bisnis. Namun pada fase ini kajian orientalis berubah dari sentimen keagamaan yang vulgar menjadi lebih lembut. Cantwell Smith terang terangan mengatakan "Pencarian ilmu selalu siap mengubah hipotesanya. Faktanya memang orang-orang Barat non muslim baru saja memperlembut sikapnya terhadap Islam dan bahakan menarik kata tidaknya" (lihat on understanding Islam-selected studies,the hague, 1981, 296). Label akademis, Ilmiah dan obyektifitas merupakan senjata utama dalam memutarbalikan fakta sehingga terkesan obyektif dan ilmiah. Padahal dalam obyektifitasnya itu tersimpan banyak pertanyaan-pertanyaan yang justru tidak menunjukkan sikap ilmiah dan obyektif. Hal itu terlihat mislanya dalam kajian mereka tentang Al-Quran yang menggunakan metode kritik Bible (Hermeneutika). Mereka mengklaim penggunaan metodologi kritik Bible sebagai metode Ilmiah.
Kemudian pada era globalisasi pandangan Barat tentang ketuhanan bergeser kepada paham globalisme agama, yang di pelopori oleh Jhon Hick. Dimana manusia ahrus mengubah (revise) atau merombak (deconstruct) pemikiran-pemikian dan keyakinan-keyakinan agama tradisional agar seirama denga semangat Zaman, dan nilai-nilai yang diyakini “universal”.... Teori baru yang sangat krusial dewasa ini dikenal dengan “Pluralisme Agama”. Dalam kajian mereka tentang Hadist, orientalis Barat memulainya dengan meragukan kejujuran (tsiqoh) para sahabat, kemudian Isnad, Rawi dan matan dari Hadist tersebut. Sehingga dengan gaya kritik yang dipakainya memungkinkan mereka meregukan kesohihan hadis-hadis Bukhari dan Muslim.



(Sejarah Oreantalis di Indonesia)

Snouck Hurgronje dan pengaruhnya di Indonesia

Snouck Hurgronje yang datang ke Indonesia pada tahun 1889 sebagai penasehat pemerintah kolonial belanda, sesungguhnya memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan dan undang-undang serta kebijakan politik bangsa Indonesia. Snouck Hurgronje lah peletak dasar kebijakan "Islam Politiek". Ia merupakan tokoh penting peletak pembaratan Islam pribumi yang kini diteruskan oleh para pewarisnya di Indonesia. Snouck lahir tanggal 8 Februari 1857 di Osterhout Belanda, Tahun 1884 atas prakarsa JA Kruyt Konsul Belanda di Jeddah-- Snouck dikirim ke Makkah untuk melakukan penelitian tentang Islam. Untuk mendapatkan ijin tinggal di Makkah, Snouck mengganti namanya menjadi Abdul Ghaffar, ia juga mengerjakan Shalat dan ritual agama Islam lainnya. Dengan sikap tersebut, Snouck dapat mengenal lebih dekat kehidupan sehari-hari umat Muslim di Makkah serta dengan mudah bergaul erat dengan para pelajar dan ulama, terutama yang berasal dari Hindia Belanda.
Pengaruh pemikiran Snouck Hurgronje ini tenyata bukan saja dalam tataran wacana, akan tetapi sudah menjadi kebijakan politik dan landasan dasar idiologi undang pemeritahan Indonesia. Hal itu bisa kita lihat pada rezim orde lama yang memisahkan antara Islam sebagai Agama dan Islam sebagai doktrin Politik. Makin Jauh jarak kedua Hal tersebut kata Snouck akan mempercepat proses kehancurkan Islam. Pikiran Snouck ini bahkan menjadi dasar bagi strtegi melumpuhkan dan memarjinalkan kekuatan Islam yang di lakukan oleh kekuatan-kekuatan politik anti Islam. Sikap ini terus-menerus mereka lakukan sejak awal kemerdekaan (18 Agustus 1945) yaitu di coretnya 7 kata (Sayariat Islam dari UUD 45). Hingga reaksi keras mereka menolak RUU sintem pendidikan Nasinal (sisdiknas) 2003.



Pemikiran Harun Nasution dan pengaruhnya

Pemikiran Harun Nasution dan pengaruhnya di Universitas Tinggi Islam Indonesia. Pembaruan Islam di IAIN, yang kemudian di lanjutkan ke UIN, STAIN dan berbagai perguruan tinggi Islam Lainya-memang tidak bisa terlepas dari peran Harun Nasution. Adalah menarik membaca pengakuan Harun Nasution tentang sosok pribadi dan pemikiran tentang Islam. Sebagaimana di tulis dalam"refleksi pembaharuan pemikiran Islam:70 tahun Harun Nasution". Menyimak riwayat hidupnya, harun Nasution terkesan sebagai orang yang gigih dalam memperjuangakan Hidup dan menuntut ilmu. Ia mampu eksis di tengah kesulitan hidup yang dialaminya. Sehingga dengan kegigihannya itu dapat melanjut studinya ke Mc. Gill University atas jasa HM Rosyidi pada 20 september 1962. Ketika proses menimba ilmu di Barat Harun terkesan kurang kritis kepada pemikiran Orientalis Barat. Karena itu tidak terlalu aneh, jika Harun kemudian terjebak dalam pemikiran Orientalis. Dan Ia memang mengakui hal itu. Ia mengerti Islam dari Orientalis. Ia tidak puas dengan kondisi Islam di tempatnya menuntut Ilmu di mesir. Tentang hal ini harun menuturkan:
"Sewaktu di belgia setiap ada uang aku pergi ke toko buku. Aku membeli lalu ku baca. Aku tahu di belanda banyak buku mengenai Islam. Karena Belanda dekat, akupun pergi kesana. Kemudian ada temanku di kedutaan Indonesia di Hagg. Dia yang membawa ku ke toko Buku. Aku mencari buku-buku mengenai Islam. Banyak Buku-buku Islam yang di tulis oleh orientalis, itu ku baca, baru aku mengerti: Oh ini Islam! Aku semakin tertarik. Aku membaca buku-buku itu dan mempelajarinya, kemudian aku mencari majalah-majalah yang berbahasa inggris, yang di karang oleh orang Islam. Yang ku dapatkan adalah surat kabar ahmadiyah terbitan London. Nah disana aku menemukan Islam yang rasional. Disitu aku mulai tertarik dengan Islam"
Tahun 1968 Harun Nasution Menyelesaikan gelar Ph.D-nya. Cita-citanya ingin merombak pendidikan Islam, melalui pendidikan tinggi, sesuai gagasan pembaruan al mu`tazial. Dan kesempatan itu ada ketika ia menginjakkan kakinya di IAIN Jakarta. Dengan di dukung oleh Ali Martopo sebagi menteri Agama saat itu naiklah pangkat Harun menjadi Rektor IAIN Jakarta pada saat itu, maka Ia lebih berleluasa menerapkan ide-idenya. Harun Nasutian melakukan gerakan perubahan dari dalam. Ia menuturkan tentang maslah ini;
"Langkah pertama kami di IAIN adalah mengubah kurikulum. Kami para rector IAIN mengadakan pertemua di Ciumbuleut. Pengantar ilmu Agam diMasukkan dengan harapan akan mengubah pandangan mahasiswa. Filsafat, Tasauf, ilmu Kalam, Tauhid, sosiologi,metodologi riset kita masukan…
Walaupun banyak yang menolak Ide Harun nasution ini, seperti H. Ismail Ya`kub, KH. Bafaddol, tapi tetap saja pemikirannya itu diterapkan di IAIN dengan dukungan dari menteri Agama Mukti Ali yang sejalan dengan pemerintah orde Baru pada saat itu. Sebuah keberhasilan besar bagi Nasution dan kekecewaan berat bagi HM Rasyidi dan ummat Islam Indonesia, berdasarkan hasil rapat rector IAIN se-Indonesia pada agustus 1973 di Ciumbuleut Bandung, departeman Agam RI memutuskan, Buku "Islam di tinjau dari berbagai Aspeknya" (IDBA) karya Prof.Dr. Harun Nasution di rekomendsikan sebagai buku yang akan bermanfaat, terutama untuk mata kuliah pengantar Agama Islam-mata kuliah komponen yang wajib di ambil oleh setiap mahasiswa IAIN, apapun Fakultas dan jurusanya. Buku harun ini di kritik habis-habisan oleh HM Rasyidi. Kritikannya itu di sampaikannya ke Depag Agama agar Buku IDBA milik Harun itu perlu dikaji ulang karena akan membahayakan pemikiran para mahasiswa, tapi menteri Agama tetap saja tidak menggubris kitikan yang di sampaikan oleh Prof Rasjidi. Karena Depag tidak menanggapi kritikan Prof, Rasjidi, maka pada tahun 1977, lahirlah buku Koreksi terhadap Dr. Harus Nasution.
Perubahan kurikulum yang bermula pada Harun Nasution, sangat membri pengaruh besar dalam berfikir dan sudut pandang mereka terhadap Islam. Bahkan kurikulum IAIN semakin nampak hegemoni Kristen Orientalis Barat. Kurikulum seperti yang ditulis oleh pak Adiyan Husaini "Beberapa waktu lalu saya mendapatkan satuan mata kuliah bertajuk “Kajian Orientalisme terhadap Al-Quran dan Hadits, Hermeneutika dan Semeotika, Pendekatan Moderen Dalam kajian Al-Quran” di Program Studi Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta. Mata kuliah ini diberikan untuk mahasiswa semester VIII. Yang menarik untuk ditelaah adalah tujuan diberikannya mata kuliah ini kepada mahasiswa, yakni, agar ‘’Mahasiswa dapat menjelaskan dan menerapkan kajian orientalis terhadap Al-Quran dan hadits.’’ Ada empat buku referensi yang dianjurkan untuk dibaca yaitu (1) buku karya Mohammed Arkoun, Rethinking Islam; (2) buku Norman Calder berjudul ‘Studies in Early Muslim Jurisprudence’ (3) buku Kenneth Cragg, ‘The Event of the Quran: Islam in Its Scripture’ ; (4) buku Farid Essac, berjudul Qur’an Liberalism and Pluralism: an Islamic Perspective of Interreligious Solidarity againts Oppression).



Nurkholis Madjid Dan pemikiran Sekularnya

Pemikiran orientalis tetap saja berkembang subur di Indonesia dengan munculnya pemikiran sekularisme atau sekularis Nurkholis pada tahun 1970-an. Yang mengusung ide"menolak partai politik sebagai wahana perjuangan Islam" Pemikran Nurholius Madjid ini sebenarnya sama dengan kebijakan Islam Politik pada orla (suekarno) dan orba (Sueharto), yaitu mempersempit ruang lingkup gerak partai Islam dan secara tegas menetang gagasan negara Islam. Bedanya, suekarna dan Sueharto beroprasi dalam kebijakan poltik pemerintahan Indonesia, sedang Nurkholis lebih pada tataran teori, wacana yang di kembangkan di tengah masyarakat intelektual khususnya mahasiswa. Namun keduanya memiliki akar idioligi serta orientasi yang berganding mesra dengan Zionis, orientalis Barat, untuk menghancurkan Islam.
Kelompok pembaharu ini sering di sebut juga dengan Istilah "new Modernism" yang di pelopori oleh Fazlurrahman dari Pakistan. Dan di usir dari negaranya karena pemikiranya yang di anggap sesat oleh para ulama. Sebab Nurkholis membuat stetment yang mengagetkan Ummat Islam Indonesia dengan "Islam Yes Partai Islam No". Konflik tentang partai Islam ini Selama dua hari (14-16/4/2004), koran Pikiran Rakyat memuat polemik tentang: apakah Tuhan berpartai? Polemik ini dimulai oleh tulisan Yesmil Anwar yang berjudul "Tuhan Tidak Berpartai". Judul di atas sangat provakatif. Namun, sepertinya isi dan substansi yang tersimpan tidak sebesar judul yang diusung.
Satu hari kemudian, M. Iman Indrakusumah menanggapinya dengan tulisan berjudul "Dalam Islam, Tuhan Itu Berpartai". Sebuah tanggapan, yang menurut saya, tidak lebih baik dari tulisan Yesmil. Sederhana sekali ide dan kesimpulan akhir yang diambil Iman Indra kusumah dalam tanggapan itu. Ia memulai paparannya dengan merujuk pada akar kata dari bahasa Arab "hizb" yang bermakna 'partai' juga. Dalam Alquran, kata itu seringkali disandingkan dengan kata "Allah". Artinya, partai Tuhan itu ada. Maka jelas-jelas Tuhan berpartai. Ia menulis kesimpulannya sebagai berikut: Jadi, partai yang termasuk hizb Allah adalah partai yang berasaskan akidah Islam; yang mengambil dan menetapkan ide-ide hukum-hukum dan pemecahan yang Islami; metode operasionalnya adalah metode Rasulullah saw. Merekalah yang akan mendapat keberuntungan.
Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (lahir 1939, murid dari Fadzlur Rahman di Chicago) yang mempelopori gerakan Sekularisasi dan Liberalisasi pandangan terhadap ajaran Islam bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahib dan Abdurrahman Wahid. Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaharuannya sejak tahun 1970-an. Pada saat itu ia telah menyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan:
"Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh di atas dasar paham kenisbian (relatifisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan memutlakkan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama"
Kemudian lahirlah apa yang disebut Jaringan Islam Liberal (JIL). Lahir di Jl. Utan Kayu 68 H Jakarta. Bermula dari diskusi maya di mailing list yang didirikan 8 maret 2001. Pemrakarsanya, sejumlah peneliti atau jurnalis, anak-anak muda. Mereka aktif di Paramadina, NU, dan IAIN Ciputat, semisal Ulil Abshar Abdalla, Ichan Loulemba, AE. Priyono, Luthfie Asysaukanie, A. Rumadi, Sugeng, A. Bakir Ikhsan, Nirwan Akhmad Arsuka. Komunitas di lapis duanya, banyak pula yang mantan aktifis kelompok studi tahun 1980-an, yang kemudian sekolah sampai S3 di AS. Komunitas tersebut makin mengkristal, mereka kemudian mengorganisasikan diri dalam wadah JIL, dengan semboyan, "Menuju Islam yng membebaskan".
Jaringan Islam liberal (the Liberal Islam Network) adalah perpanjangan tangan dari gerakan orientalisme Barat di Indonesia. Hal itu terlihat dengan pemikiran serta idiologi yang diususng yang tidak jauh beda dengan pemikiran orientalis Barat seperti Jhon Hick, Harvey Cox, Snousk Hugronje yang sebelumya sudah di wacanakan oleh Dr. Harun Nasution dan Nurkholis Madjid pada tahun1970-an. hanya saja JIL lebih canggih dengan mengatasnamakan Islam, sehingga lebih terkesan Islami dan lebih familier di negeri Indonesia yang bermayoritaskan muslim. Padahal pemikiran yang di usung adalah kebebasan berfikir, sekularisme, Pluralisme, dekontruksi Syariat Islam, yang juga persis sama dengan apa yang di koarkan oleh orientalis barat Untuk menghancurkan Islam.
Semenjak berdirinya JIL pada tahun 2001, kecendrungan sebagian intelektual Muslim untuk mengkritisi Islam semakin gencar dengan litelatur warisan intelektum Muslim sebelumya seperti, Nasr Abu Zaid, Al Arkoun, Ali Harb, Abid Al Jabiry, Thoha Husain, Hasan Hanafi, Nurkholis, Harun Nasution dan lain-lain.
Wallah hu A’lam, sekian.



DAFTAR PUSTAKA
Dr Muhammad sayyid Ahammad Syahatah, Al Istisyraoq, Fakultas Usuluddin dan Dakwah Al Azahar University 2003 Hlm 13
Lihat Jhon M. Echol dan hasan Sadhili, kamus Inggris Indonesia
Dr Hussai Bathh, Anotomi orientalime, menara Kudus Jakarta, 2004 Halm 19
Oxford Advanced learner Dictionary, Oxford University press 1995 hlm 818
Edaward W. Said, Orientalisme, penerbit pustaka, Bandung. 2001, hlm 1
Musthafa Ibrahim al Damiry, Al Tabsyir wal Istiyroq, kulliyah usuluddin wa Al Dakwah Zagazig 2004 hlm 102
http:/www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/01misionaris.htm#provinsi%20BUSHER
Adnin Armas M.A, metodologi Bible dalam Studi Al-Quran, pt. Gema Insani, 1426 H. / 2005
Baca pemikiran mereka, Adiyan Husaini, Wajah peradaban Barat
Dr. Yusuf Al Qordhowi, Al Islam Wal Ilmaniyah, maktabah Wahbah Kairo Mesir, 1997, hlm- 22
Majalah ISLAMIA, Vol II No. 3 Desember 2005 Hlm 5
Lihat AL IKHWAN. NET, Rabu, 07 Desember, 2005
ISLAMIA, THN I NO. 4 / JANUARI-MARET 2005, hlm 48
http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1521&Itemid=60
Majalah Sabili, No, 9 Th. X 2003 hlm 83
Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat, gema Insani, Jakarta 2006, hlm 73-74
Firdaus Syam, MA, Amien Rais,pustaka Al Kautshar, 2003, hlm 171
http://ahmadshiddiq.blogspot.com/2004_11_01_ahmadshiddiq_archive.html
0 ulasan:
/

sahabat